Jumat, 18 Februari 2011

Aku dan HIV

Aku baru saja mendapatkan kepastian tentang bersarangnya virus itu di tubuhku. Aku sudah merasakan gejalanya tapi tak pernah berani melakukan pemeriksaan. Ternyata temanku benar, akan lebih baik kita menghadapinya langsung dengan cara memeriksakan diri dan tahu harus melakukan apa yang terbaik untuk hari-hari berikutnya.

Mungkin jika aku tidak tahu sekarang, aku masih terjebak dalam kehidupan bebas yang aku anggap menyenangkan. Begitu aku tahu, kepalaku seketika tersungkur meminta ampun pada Penciptaku. Memang sampai sekarang aku belum cerita kepada siapapun, termasuk kepada orang tuaku. Aku belum dan mungkin tidak bisa menceritakannya, karena aku sangat takut kesehatan ibuku akan terganggu karena berita ini.

Hanya satu wanita yang aku beritahu, dan dia begitu mencintaiku. Saat aku beritahu, dia tidak mengelak dariku. Hatinya tetap ditambatkan untukku dan tetap bersedia menikah denganku. Ternyata Allah tidak menutup nikmat-Nya dari orang yang sudah sangat berdosa seperti aku. Dia kirimkan bidadari yang mau mendampingiku dan merawatku. Aku bersyukur karenanya.

Sudah lama aku tahu mengenai HIV-AIDS, cara penularannya, pencegahannya, gejala-gejalanya. Tapi tak pernah tahu bagaimana mengobatinya. Google demi google aku buka setiap halaman yang memberikan informasi apapun yang berkaitan dengan pengobatan penyakit ini.Aku menemukan dua hal dalam cara pengobatan. Cara barat dan cara timur. Cara barat lebih menekankan pada mematikan penyebab sakit, sedangkan cara timur lebih menekankan pada memperkuat tubuh dan membiarkannya bekerja sendiri mematikan penyakitnya.

Cara barat yang sekarang banyak digunakan dunia kedokteran adalah menggunakan ARV (anti retro virus). Obat ini bermacam-macam dan berusaha menekan jumlah replikasi virus di dalam tubuh. Kebanyakan orang yang menggunakannya bisa hidup normal dan lebih panjang umurnya. Tapi metode ini sama seperti kelemahan antibiotik umumnya, yaitu resiko terjadinya resistensi virus terhadap obat. Aku sudah dengar kebanyak bakteri TBC sekarang sudah tidak mempan dengan obat-obatan yang sekarang, karena bakteri sudah bermutasi. Padahal TBC adalah penyakit opportunistik yang banyak membunuh penderita HIV-AIDS.
Efek samping yang ditimbulkan oleh ARV juga salah satu yang banyak membuat penderita HIV-AIDS lumayan kewalahan. Berita yang aku ikuti di Bali, sudah ada penderita HIV-AIDS yang mulai kedapatan resisten terhadap obat ARV. Aku berpikir ulang untuk menggunakan metode ini, belum lagi kalau terjadi kelangkaan obat karena terputusnya pasokan. Obat itu harus diminum seumur hidup dan tidak boleh putus sedetikpun.

Aku memilih menggunakan cara lain. Cara timur yang memang banyak menceritakan keajaiban-keajaiban yang dianggap mustahil dalam dunia kedokteran. Tapi logika pengobatan timur lebih menyatu dengan keyakinanku kalau Allah telah menurunkan penyakit sekaligus obatnya. Karena obat yang sebenarnya ada di dalam tubuh kita sendiri. Hanya saja obat itu perlu suatu kondisi yang paling baik untuk menyembuhkan sakit. Tercukupinya nutrisi yang paling dibutuhkan, cukup istirahat, olah raga, level stress yang rendah, motivasi, kegembiraan, keyakinan sembuh pada Sang Pencipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar